Rabu, 30 Juni 2010

Sejarah Piala Uber

JIKA putra punya kejuaraan bulu tangkis beregu yang namanya Piala Thomas, maka di sektor putri juga ada turnamen bergengsi yang disebut Piala Uber. Ide untuk mengadakan turnamen tersebut muncul karena mereka (putri) “cemburu” dengan apa yang sudah terjadi pada sektor putra.

Adalah Betty Uber yang menjadi pemrakarsa munculnya kejuaraan beregu putri ini setelah mereka lama hanya jadi penonton setia. Betty, pebulu tangkis wanita asal Inggris, yang mendonasikan trofi tersebut, untuk diperebutkan para pemain wanita.

Seperti halnya Piala Thomas, awalnya Piala Uber juga diadakan setiap tiga tahun sekali. Tetapi sejak tahun 1984, turnamen tersebut diadakan setiap dua tahun sekali dan diselenggarakan bersamaan dengan Piala Thomas (waktu dan tempatnya), yang dimulai lebih awal pada tahun 1949.

Hingga saat ini, Piala Uber sudah diperebutkan sebanyak 21 kali. Namun dari perjalanan tersebut, hanya empat negara yang mendominasi dan pernah menjadi juara, yakni China, Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia.

China yang paling sering menjadi juara. Tim “Negeri Tirai Bambu” itu sudah 11 kali menggenggam trofi tersebut (1984, 1986, 1988, 1990, 1992, 1998, 2000, 2002, 2004, 2006, 2008), bahkan dalam enam perhelatan terakhir mereka tidak bisa ditandingi oleh negara mana pun.

Bagaimana dengan Indonesia? Prestasi para srikandi Tanah Air di ajang ini tak seperti di Piala Thomas. Putri-putri Indonesia baru tiga kali menjadi juara, yakni pada tahun 1975/76, 1994 dan 1996–bandingkan dengan Piala Thomas di mana Indonesia sudah 13 kali menjadi juara.

Dua tahun lalu ketika Piala Uber dihelat di Tanah Air, Indonesia sempat menguak harapan untuk merampasnya dari genggaman China karena berhasil menembus final. Sayang, perjuangan keras plus dukungan suporter fanatik yang memadati Istora Senayan, Jakarta, tak mampu menembus dan meruntuhkan tembok China, yang kembali menjadi juara.

Pada Piala Uber 2010 di Malaysia, tim putri Indonesia tampaknya masih sulit untuk mengulangi tiga prestasi terbaik ketika menjadi juara. Selain China yang memang kembali jadi favorit juara, masih ada negara-negara lain yang cukup tangguh di sektor putri, seperti Jepang, Malaysia, Korea Selatan dan Denmark. Karena itu, keberhasilan menembus final saja, mungkin sudah menjadi sebuah prestasi besar yang patut diapresiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar